[18+] Review Film DEADPOOL (2016)

DEADPOOL (2016) movie review by Glen Tripollo
Maybe, a lil' bit late, tapi gue baru punya kesempatan buat kembali mejeng di bioskop dan menonton film-film baru. Sedih sih, ada banyak film yang terpaksa gue lewatin sepanjang Januari dan awal Februari kemarin. But it's okay, gue masih bisa ngejar hype untuk film superhero nyeleneh yang satu ini. Yuk, simak review film DEADPOOL (2016) ala gue berikut ini.

DEADPOOL (2016) berfokus pada Wade Wilson (Ryan Reynolds), seorang mercenary yang bawel tapi sangat profesional dalam melakukan pekerjaannya. Kehidupannya yang gelap perlahan berubah menjadi lebih baik sejak dirinya berkenalan dengan seorang wanita penjaja bernama Vanessa (Morena Baccarin). Tapi, kisah cinta bagi Wade Wilson nggak selamanya bahagia, dengan sisipan konflik khas sinetron, Wade divonis mengidap kanker. Nah, seorang pria misterius yang belakangan disebut Wade dengan nama "Agent Smith" (ngambil reference dari THE MATRIX (1999) agaknya) menawarkan dirinya untuk membantu Wade menyembuhkan kanker dan bahkan menjadi jauh lebih baik lagi. Superhuman. Wade yang awalnya ragu, lama-lama sedih juga gara-gara kepikiran Vanessa. So, diam-diam Wade menerima tawaran si "Agent Smith". Nyatanya, memiliki kekuatan super bukan perkara mudah, butuh pengorbanan gila-gilaan, pengalaman nyaris mati, dan bahkan menghancurkan setengah bagian dirinya dengan cara kehilangan penampilan sempurna dan menjadi buruk rupa karena luka bakar di sekujur tubuhnya. Yah percobaan itu sebenarnya berhasil menjadikan Wade Wilson superhuman, yakni nggak bisa mati karena daya regenerasi tubuhnya yang cepat. Tapi, keberhasilan yang membawa murka itu menjadikannya ingin membalas dendam kepada orang yang telah membuatnya jadi seperti itu, seorang superhuman bernama Ajax (Ed Skrein). Wade Wilson lantas memakai kostum untuk menutupi wajahnya yang serem dan menjadi vigilante dengan codename Deadpool. Misinya cuma satu, menghabisi Ajax dan memintanya mengembalikan bentuk tubuhnya yang rusak. Di dalam usahanya tersebut, Deadpool bertemu dengan Colossus (Stefan Kapicic) dan Negasonic Teenage Warhead (Brianna Hildebrand) yang merupakan bagian dari X-Men. Mereka pengen ngajak Deadpool gabung ke akademi milik Professor X, sayangnya Deadpool selalu menolak. Konflik makin memanas ketika akhirnya Ajax tahu bahwa Wade Wilson telah kembali. Bersama dengan sidekick-nya, Angel Dust (Gina Carano), Ajax menculik Vanessa dan menantang Deadpool. Selebihnya, ya bisa ditebak sendiri lah ya. Untuk lebih tepat dan detailnya silahkan kalian tonton sendiri filmnya.



Pokoknya lupakan semua film superhero yang pernah kalian tonton, karena Deadpool memberikan feel yang bener-bener beda daripada film superhero pada umumnya.
Bagi para penggemar komik Marvel, mungkin kemunculan Deadpool di layar lebar bagaikan secuplik adegan dream comes true, diperankan oleh aktor yang memang sudah ramai ditunjuk oleh para fans hingga pernah ada petisinya kalau nggak salah. Satu fakta yang pernah gue baca juga, bahwa sebetulnya budget yang tersedia buat menggarap film ini tidak sesuai dengan harapan awal, namun tampaknya berkat kekuatan dukungan dari fans dan orang-orang yang handal, menjadikan film superhero low-budget ini epic dengan caranya sendiri.

Let's focus on Deadpool first. Deadpool ini bisa dibilang mutant buatan. Dia mendapatkan kekuatannya lewat percobaan yang sangat sadis, dengan berbagai bentuk penyiksaan untuk mempercepat mutasi genetikanya. Kekuatannya? Mampu beregenerasi dengan sangat cepat hingga membuatnya tidak bisa mati. Bahkan saat kepalanya ditusuk pisau dengan telak. Namun, siksaan yang dialaminya mungkin berpengaruh pada kondisi psikisnya. Deadpool yang sebelumnya bawel dan gila, jadi lebih gila lagi sampai bisa berdelusi dan beradegan Break the 4th Wall, alias simpelnya, seolah dirinya menyatu dengan para penonton dan mengetahui banyak hal tentang dunia tempat ia berada lewat sudut pandang para penonton. Salah satu contohnya, ada beberapa adegan yang jelas-jelas menggambarkan Deadpool sedang bercakap-cakap dengan penonton, menyadari bahwa dirinya sedang ditonton atau sedang berada di dalam film. Berhubung baru pertama kali gue menyaksikan sendiri Break the 4th Wall dalam bentuk film layar lebar live-action (karena seringnya dalam kartun), ini membuat gue tercengang kagum.



Akting Ryan Reynolds di sini juga bisa dibilang perfect. Membawakan karakter bawel, asal nyerocos, dan terlihat sangat alami itu pastinya bener-bener sulit. Tapi Ryan berhasil membawakannya dengan sangat baik. Intinya, sama kayak IRON MAN dan CAPTAIN AMERICA, gue nggak merasa ada aktor Hollywood lain yang bisa ngepas banget memerankan Deadpool. Di antara film superhero lainnya pun, karakter cewek pendamping sang hero di sini diperankan sama Morena Baccarin yang mana menurut gue keliatan cantik. Abisnya gini sih, entah itu film Marvel or DC, seringkali gue dapetin pemeran ceweknya nggak banget, contohnya IRON MAN (wakil Marvel) dan MAN OF STEEL (wakil DC).

So, what makes this superhero movie so different? Selain dari karakter Deadpool dan kemampuannya yang memang udah unik dari sananya sampai bisa ngasih kesan interaktif  kepada para penonton, plot yang dipakai dalam film juga tergolong asyik. Alih-alih penonton disajikan sebuah kisah dengan alur maju, di sini alurnya maju mundur yang mana bikin nggak bosen alias terus-menerus ngebikin penonton penasaran. Hal berikutnya yang membuat film superhero ini memiliki kesan yang sangat berbeda adalah ratingnya yang berani. Kalo kebanyakan superhero movie ngambil pasaran anak-anak hingga remaja (PG-13), maka ini yang ini adalah film yang disajikan dengan fun rasa remaja, namun juga terselip banyak banget adegan sadis (tusuk-tusukan dan kepala pecah dengan darah berceceran di mana-mana) dan adegan dewasa seperti graphic nudity, termasuk juga penggunaan bahasa yang aduhai kasarnya (R-Rated). Untuk versi bioskop memang ada beberapa adegan yang di-cut, termasuk sex scene dan juga beberapa adegan kekerasan, ada juga bagian yang disensor dengan teknik zoom-in. So, ini tergolong early warning: Jangan biarkan anak-anak menonton film ini karena bisa berdampak buruk buat perkembangan mental mereka. TERLEBIH untuk versi DVD/BluRay bajakannya nanti karena sudah pasti bakal uncensored.

Totally, best comedy! So much references from other movies and products
Superhero koplak (versi aman) udah pernah sih disajiin di film GUARDIANS OF THE GALAXY (2014), tapi yang ini bisa dibilang dua kali lebih koplak. Penyebabnya adalah penulis skenario yang sangat cerdas dan juga pembawaan Ryan Reynolds yang pas saat komedi-komedi tersebut dieksekusi. Bayangin aja, baru lima detik filmnya mulai, gue udah langsung ngakak gara-gara ide kreatif para pembuat film bikin crazy opening credit yang mana sama sekali nggak menampilkan nama-nama orang di balik layar, melainkan menggantinya dengan julukan-julukan lucu. Ditambah still image yang begitu mendetail sebuah adegan di mana Deadpool lagi ngelawan beberapa orang di dalam mobil, lengkap dengan sisipan-sisipan nggak penting tapi mengundang tawa, seperti adanya kartu bergambar Green Lantern dan cover majalah bergambar Ryan Reynolds. Tapi, ini cuma sebagian kecil aja. Gue nggak mau banyak ngasih contoh karena ada kalimat bijak yang berbunyi "never explain the joke" karena efek komedi baru akan berasa kalo kalian semua menyaksikannya sendiri.



Nah, tapi gue bisa kasih kalian beberapa saran agar bisa menikmati komedi dan joke ala Deadpool dengan lebih maksimal. Pertama, coba perluas pengetahuan kalian tentang film-film legendaris di masa lalu, aktor-aktor terkenal, hingga ke ciri khas karakter-karakter film yang sebenernya (seharusnya sih) udah jadi pengetahuan umum para penggemar film. Karena apa? Deadpool banyak menyinggung hal-hal tersebut dalam ucapannya, baik saat berdialog biasa, maupun ocehan-ocehannya di saat lagi sibuk berantem. Selain itu, ada juga joke yang didasari pada nama-nama produk. Sebagai contoh, ada satu bagian joke di DEADPOOL (2016) yang gue agak nggak nangkep lucunya karena menyinggung produk IKEA, which is gue ngga tau soal merk-merk dagang yang mungkin lebih populer di Amerika sana. Yap, adegan tersebut ketika Deadpool baru pulang ke rumahnya dan beradu kata-kata dengan asistennya, Blind Al (Leslie Uggams). Kedua, kepala kita harus jernih karena seringkali pengucapan si Wade Wilson begitu cepat dan ngalir tanpa disadari, jadinya ya garing. Misalnya ada beberapa kalimat yang diucapkan Deadpool saat bertarung, mengutip kalimat di film THE GODFATHER (1972) dan juga ROBOCOP (1987). Jadi emang butuh pengetahuan serta sensitifitas tinggi terhadap hal-hal kecil untuk bisa 100% menikmati komedi di film ini.

Good special effect, good characters treatments, nice fighting coreography
Semua film superhero pasti pakai CGI untuk memantapkan adegan pertarungan. Di film ini semuanya tereksekusi dengan sangat baik. Bagaimana special effect memberikan efek gebag-gebug yang kencengnya bukan main, adegan darah muncrat ke mana-mana, tusuk sana tusuk sini, tembak sana tembak sini, slow motion untuk mendramatisir adegan berantemnya, semua sempurna. Hanya saja kadang censorship bikin beberapa adegan agak ngeblur akibat di-zoom-in, ini sangat mengganggu. Padahal adegan Deadpool nusuk lawannya kayak sate di tengah jalan raya itu indah banget loh. Sayang di-zoom-in. Kabarnya ada adegan kepala pecah yang memang dipotong sama LSF.

Untuk karakter pendukungnya, like I said before, ada 2 perwakilan X-Men yang bantu Deadpool. Yaitu, Colossus dan Negasonic Teenage Warhead. Walau ada dua tokoh X-Men, bukan berarti film ini bisa benar-benar berada di dalam satu universe dengan X-Men yang sudah-sudah. Pasalnya penampilan dan aktor yang memerankan Colossus saja beda dengan yang ada di X-Men. Lebih comic-like dan setelah baca beberapa komentar fans, mereka lebih suka Colossus versi Deadpool yang berbadan tinggi besar dengan tubuh logam yang bergaris-garis gitu, ketimbang versi X-Men yang kayak logam cair dipadatkan. Sedangkan Negasonic Teenage Warhead di sini punya penampilan dan kemampuan yang berbeda dengan Negasonic versi komik. Tapi, bukan masalah, karena eksekusinya pas dan kebetulan gue bukan penggemar berat komik-komik superhero, jadi ngga bisa protes apa-apa karena visual-nya sudah keren.

So that's all. Untuk yang nonton di bioskop, memang bakal ada banyak adegan yang dipotong dan agak mengganggu karena berhubungan dengan baku hantam, selain itu juga sex scene yang gue rasa harusnya ada, karena di trailer-nya ada, jadi hilang. Kaget banget gue liat Vanessa rambutnya pendek, sedetik kemudian tau-tau udah panjang banget. Fak men. Watch this movie with your own risk. Kalo udah cukup umur dan lagi pengen hiburan yang total, film ini bisa dijadikan alat pelampiasan.

NB: Setelah film habis, jangan langsung keluar ya, karena ada dua extra scene di mid-end credit dan post-end-credit.

Most favorite dialog:
Colossus: "You will gonna talk with professor Xavier."
Deadpool: "McAvoy or Stewart? These timelines can get so confusing."

Score: 9,7/10

[18+] Review Film DEADPOOL (2016) [18+] Review Film DEADPOOL (2016) Reviewed by Glen Tripollo on 10.21 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.

Terima kasih ^__^)//

MovGeeks Team

Diberdayakan oleh Blogger.